Pagi yang cerah ini, tampak cahaya matahari yang bersinar memasuki lubang-lubang yang ada di jendelaku. Aku mulai terbangun dari tidurku. Saat itu aku malas untuk pergi ke sekolah karena badanku terasa sangat sakit semua. Tetapi aku mengingat bahwa hari ini ada ujian. Tanpa pikir panjang, aku langsung pergi mandi dan segera berangkat ke sekolah.
Aku hanya seorang anak MTs Negeri di daerah Bojonegoro. Namaku Nadila Alfia Izzati, aku sering dipanggil temanku dengan sebutan Alfi. Aku tidak terlalu pandai tetapi aku berusaha untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik.
Sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan kedua sahabatku, yaitu Anisa dan Uswa. Kami berbicara tentang ujian yang akan dilaksanakan pada hari senin, dan kita berniat belajar kelompok setelah pulang sekolah nanti. Tetapi kita juga bingung karena entah dimana kita akan belajar kelompok.
“Bagaimana kalau kita belajar kelompok di rumah Kak Novi?” tanya Uswa.
“Setuju! Sekalian aja kita suruh Kak Novi untuk mengajari kita PR dari Bu Ani” jawabku.
“Ya udah, nanti kamu aku jemput ya fi, tapi kamu didepan rumah ya!” ucap Anisa.
“Ok !!!” ujarku.
Tiba-tiba, bel sekolah pun berbunyi. Itu petanda bahwa pelajaran sudah berakhir. Aku segera pulang ke rumah. Setelah sampai dirumah, aku langsung mandi dan ganti baju. Saat aku membuka jendela, aku melihat ada seseorang berjubah hitam yang dari tadi kesana kemari mengelilingi rumahku. Saat itulah aku menjadi takut karena keluargaku tidak ada dirumah kecuali aku.
Kemudian, aku menutup seluruh jendela dan pintu yang ada dirumahku. Aku semakin ketakutan karena tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu berkali-kali dari belakang rumahku. Dengan keadaan yang tekad, aku langsung pergi untuk membuka pintu belakangku. Tanganku bergetar dan bulu kudukku mulai berdiri semua. Ku coba untuk membuka pintu dengan hati-hati, dan ternyata itu adalah Anisa.
Aku membuka pintu rumahku sambil melihat kearah kanan dan kiri dengan sangat gugupnya. Lalu aku bertanya kepada Anisa.
“Kamu nggak lihat orang berjubah hitam kesini nis?” tanyaku.
“Kamu kenapa sih? Badan kamu sakit ya? Dari tadi aku disini nggak lihat ada satu orang pun kecuali kamu!” jawab Anisa.
“Terus? Kenapa kamu lewat pintu belakang rumahku?” kucoba bertanya lagi.
“Kan pintu depan rumahmu kamu kunci, ya trus aku lewat belakang. Ya udah, yuk cepet! Kita sudah ditunggu Uswa nih” ucap Anisa.
Setelah sampai dirumah Kak Novi, kami bertiga pergi ke pinggir sungai sebentar. Kami bercerita dan bercanda gurau bersama. Tiba-tiba, aku melihat sosok berjubah hitam itu lagi. Serentak, aku pun mengikutinya dari belakang. Aku tidak sadar bahwa sebenarnya ada jurang didepanku. Sehingga, Anisa dan Uswa memanggilku. Namun, aku tidak menghiraukan panggilan dari mereka.
“Fi! Alfi! Kamu mau kemana? Itu didepanmu ada jurang. Awaaaaassss!” ucap Anisa sambil berteriak.
“Aaaaaaaaaaa”
‘BRAK BRAK BRAK’
Aku terjatuh dari jurang itu. Dan akhirnya, kepalaku terbentur sebuah akar yang ada dibawah jurang tersebut. Aku langsung terbaring lemah dan tidak bisa bangun lagi. Saat itulah aku melihat sosok berbaju hitam itu menghampiriku. Aku terus menangis karena ketakutan. Tiba-tiba, tanganku ditarik oleh Anisa dan Uswa.
“Ayoo, ayo cepat fii. Kita naik, dia mau menculikmu” ucap Anisa dan Uswa.
Saat aku sampai diatas, aku masih kebingungan dan penasaran. Sambil melamun, aku terus memikirkan sosok berbaju hitam itu tadi. Dalam benakku, kenapa orang tadi terus mengikutiku?
“Fi! Lebih baik kita cepat-cepat ke rumah Kak Novi. Disini nggak aman” ucap Uswa.
Sesampainya kami dirumah Kak Novi, aku langsung bercerita tentang semua kejadian yang terjadi padaku tadi pada Kak Novi. Tetapi kenapa Kak Novi malah tertawa terbahak-bahak. “Ha Ha Haa!”. Aku semakin kebingungan.
Tiba-tiba, terdengar suara petasan dari luar rumah Kak Novi. Aku pun segera keluar dari rumah Kak Novi dan melihat, siapa yang menyalakan petasan itu? Dan ternyata itu adalah.
“Selamat Ulang Tahun Alfi!” ucap Anisa dan Uswa serempak.
Aku pun menjadi sangat terharu melihatnya, terharu karena bahagia. Apalagi ada keluargaku yang membawakan aku sebuah kue ulang tahun. Ternyata sosok berjubah hitam tadi adalah, pamanku sendiri. Pamanku juga ikut memberikan kejutan itu kepadaku.
Cerpen Siti Alfiatun