Lukisan Kenangan

Pagi baru menyapa Amy. Gadis itu terbangun dari mimpinya. “Horee! Hari pertama liburan!!!” pekik Amy kegirangan. Biasanya sih, kebanyakan orang bergembira pada hari pertama sekolah. Kenapa kalau dengan Amy jadi terbalik?

Amy adalah seorang murid di sekolah swasta di Amerika. Amy termasuk murid pertukaran dari Indonesia ke Amerika. Memang wajar karena otaknya cemerlang.
Tiap harinya, ia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang kurang. Padahal, asal tahu saja, ia dikaruniai banyak talenta sekaligus. Kalau sudah seperti itu, apa lagi yang kurang ya?

Amy mempunyai seorang sahabat di Indonesia, namanya Vania. Sudah lama Vania tidak mengirim surat pada Amy. Amy jadi merasa cemas dan aneh. Amy tidak pernah lupa mengirim surat pada Vania setiap minggu dari sekolah asramanya disana. Yang paling mengherankan adalah bahwa Vania tidak pernah lagi membalasnya. Padahal, 2 minggu pertama Amy di Amerika penuh dengan surat-surat dari Vania.

Amy mengingat-ingat kembali. Apa yang dikatakannya, ya, yang membuat Vania berhenti mengirim surat padanya… Rasa penasaran menyelimuti Amy.

“Haah, Vania… Aku sudah buat apa sama kamu, sehingga kamu nggak pernah lagi ngirim surat ke aku…” ujar Amy sambil memandangi fotonya dan Vania yang dihiasi bingkai ‘BFF’ alias Best Friend Forever.

Saat itu, Amy mulai mengingat-ingat lagi hari-harinya bersama Vania di Indonesia. Saat-saat mereka bersama selalu dikenang Amy. Ketika Amy sedang termenung-menung, terdengar bunyi ketukan di pintu kamar asrama Amy.

“Come in.” ujar Amy tanpa memedulikan siapa. Seorang gadis bule memasuki kamar Amy.

“Amy, there’s a letter for you.” kata gadis itu.

“Thanks, Alice.” jawab Amy sambil menerima surat itu.

‘Surat yang aneh.’ pikir Amy. Setelah gadis bule itu pergi, Amy cepat-cepat membaca surat itu. Tidak ada nama pengirimnya. Misterius amat?!
Yang peling aneh adalah, bahwa surat itu hanya memuat lukisan. Lukisan Amy dan anggota kelasnya, saat kelas 6 dulu, salah satunya Vania. Hanya saja, saat itu, Amy dan Vania masih berupa musuh.

Amy menatapi lukisan itu lama-lama. ‘apa maksudnya!?’ pikir Amy. Tiba-tiba, Amy teringat akan sesuatu. Ia cepat-cepat membongkar laci meja belajarnya. Ia meraih sebuah foto saat ia kelas 6, sama persis dengan lukisan itu. Amy merasa aneh. Ia seakan tahu akan makna tersembunyi dibalik lukisan itu. Kalau begitu, apa kaitannya dengan foto kenangannya di kelas 6 itu? Hal itu terngiang-ngiang di kepala Amy.

Beberapa saat, Amy menatapi lukisan dan fotonya. ‘Tidak ada yang aneh.’ pikir Amy.
Gadis itu segera bosan. Nama pengirim lukisan itu tidak tercantum. ‘Kalau begitu, bagaimana caranya surat ini terkirim, sih!? Siapa juga yang tahu alamatku disini!?’ pikir Amy. Lama-kelamaan, Amy bingung. Amy lalu keluar dari kamarnya dan pergi mencari Mary, sahabatnya disana.

Tiba di kamar Mary, Amy langsung menerobos masuk. Mary tersentak kaget.

“Oh, it’s you. Why don’t you knock, that’ll make me feel better. What’s the matter anyway?” tanya Mary.

“Oh, Mary, you’ll never understand. I received this letter just a few minutes ago, I don’t know who send it. It’s a picture, of me and my classmate in Indonesia. It’s actually the same picture with a photo that I have. See?” Ujar Amy sambil menyerahkan lukisan dan foto misterius itu.

Setelah menatap kedua benda misterius itu, Mary menggeleng.

“I got nothing. What’s so important after all?” ujar Mary.

“Mary, it reminds me of my best friend, Vania back in Indonesia. That girl over there, you see her? That’s Vania. She has stopped sending me letters for a really long time. I’m worried about her.” ujar Amy.

“So, are you telling me that… There could be a connection between this letter and your best friend?” tanya Mary.

“Yes. That’s why I ask for your suggestion.” jawab Amy lega, karena akhirnya Mary mengerti.

“Sorry, I don’t know anything. I think you should ask to the mail office to get your answer. I’ll go with you, if that’s necessary.” tawar Mary.

Amy menatap Mary dengan riang. “Of course! You’re so clever, Mary. What would I do without you?!” ujar Amy.

“Well, come on then. We have to hurry. It’s almost 11 a.m. I’m starving already.” kata Mary sambil mengelus perutnya.

“Ok, come on.” jawab Amy bersemangat. Bagaimanapun juga, ia harus memecahkan misteri itu.
                                      
By: Angeline Audrey