Kembalilah Seperti Setahun Lalu

Aku rindu tatapannya, aku rindu senyumnya, aku rindu suaranya, aku merindukan semua tentangnya. Dia yang tak akan merindukan ku, dia yang tak mengenalku. Aku hanyalah bagian ingatan yang telah mati, yang tak kan mungkin untuk hidup kembali. Dia telah bahagia bersama kehidupan barunya, kehidupan yang sebelumnya telah dilalui bersamaku. Aku terlalu lelah menantinya, menanti sebuah keajaiban yang dapat mengembalikan kenangan-kenangan yang membuat ku mampu bertahan hingga setahun lamanya.

Tuhan.. dapatkah aku menggenggam tanganya? Dapatkah aku memeluknya? Mungkinkah aku dapat bersamanya seperti sediakala? Mustahil.. benar benar mustahil, dia sudah melupakan ku, dia tak lagi mengenalku. Sudahlah.. aku tak perlu menyesali semuanya, meski dia tak bersama ku, dia masih bisa tersenyum. Mungkin aku hanyalah peran pendukung yang ada di kehidupannya. Ya.. itu benar.

Saat ini dia berada di hadapanku, namun tak sekilas pun dia melihatku. Aku hanya tersenyum melihat wajahnya, wajah yang dulu sering menemaniku.

“hey.. kenalin, aku Adit..”

Aku sudah tau.

Dia menyapaku, dia berbicara dengan ku. Apa yang harus aku katakan? Haruskah aku mengingatkannya kembali bahwa aku adalah orang yang dulu selalu disampingnya, ataukah aku orang yang dicintainya? aku benar benar bingung, bahkan aku tak dapat mengeluarkan suara ku, terasa kaku dan beku.
“hey.. hey… aku Adit, kayaknya kita di kelas yang sama.. kalo boleh tau kamu siapa? Emm… lulusan sekolah mana?”

Aku melihat wajahnya lebih dekat lagi dengan ku, namun aku masih saja tak dapat berbicara. Mungkin aku terlihat seperti gadis bodoh di hadapannya. Entahlah.. aku memang gadis bodoh. Tak terasa tangan ku meraih pundaknya dan memeluknya.

“aku memrindukan mu” ucapku samar-samar, namun tetap saja dia masih bisa mendengarku.
Aku tak peduli dengan posisiku saat ini, namun aku sedikit tenang karena aku dapat berbicara dengannya, dapat memeluknya, meski tak sama seperti dulu.

Beberapa menit kemudian aku tersadar, dan melepaskan pelukan ku. Dia terlihat bingung, dan menatapku dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

“apa kau mengenalku?” tanyanya dengan tatapan yang dulu pernah dia lakukan padaku.

Ya.. aku mengenal mu, sangat mengenalmu, Apakah kau tak bisa mengingatku? Aku kekasih mu. Aku Vera, masih sama seperti Vera yang dulu. Adit.. tolonglah..!! ingat aku meski hanya sekilas.

“ohh.. maaf. Aku tak mengenal mu..” jawabku dengan suara datar ku.

Tidakk.. bukan itu yang ingin aku katakan..

“gak.. sepertinya aku sangat mengenal mu, emmm kamuu….”

Ya.. ya.. ingat-ingat siapa aku, dan apa posisiku di kehidupanmu yang dulu.

“maaf, aku tak bisa mengingat namamu..”

“aku VE-RA.. V-E-R-A.” Aku sedikit memperjelas suaraku.

Tetap saja dia tak bisa mengingat ku, memang semua salah ku, jika saja aku selalu di sampingnya, kejadian setahun lalu itu takkan terjadi.. maafin aku Dit.. memang tak sepantasnya kamu mengingat orang yang tak terlalu memperhatikan mu, hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Ini salah ku.

Dit, jika kamu tak bisa mengingat siapa aku, setidanya kamu ingat semua janji yang pernah kamu ucapin dulu, gak akan pernah ninggalin aku dalam hal apapun, gak akan pernah lupa sama kenangan-kengan yang pernah kita lalui, gak akan pernah buat aku kecewa. Tapi sekarang semuanya malah berlawanan, kamu ninggalin aku, kamu lupa semuanya, kamu yang sekarang bukanlah kamu yang dulu. Memang seharusnya aku mengakhiri semuanya. Karena Adit telah mati.. dan kamu bukanlah Adit. Mengapa aku baru menyadari semuanya setelah aku terluka? Apakah kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini? Apakah kamu dapat mendengar suaraku ketika kau di depanku?. Selamat tinggal Adit.

“Ya sudahlah jika kamu tak dapat mengingat ku tak kan jadi masalah bagiku. Aku senang kamu ternyata kamu masih ingat sedikit tentang aku meski kau tak tau apa itu, mungkin suatu saat nanti kau dapat mengingat semuanya”

Aku berniat pergi meninggalkan Adit, namun di langkah pertamaku Adit menarik tangan ku, dan memeluk ku.

“ya… aku mengingat mu, sangat mengingat mu… mengapa kau tak mengatakan semuanya padaku?”
“aku mempunyai alasan tersendiri..”

Akhirnya.. aku sangat bahagia.. dan aku rasa aku adalah wanita yang paing beruntung di dunia ini. Sangat, sangat dan sangatlah beruntung. Ternyata aku bukanlah kenangan mati baginya, aku rasa dia menepati semua janji yang telah dia katakan padaku. Aku akan selalu berada di sampingnya dimanapun dia berada.

“apa kamu benar-benar mengingat ku?” tanyaku untuk memastikan lebih jelas lagi.

“aku mengingat mu..”

Terimakasih Tuhan.. terimakasih atas takdir yang telah kau tulis untukku dan Adit, dan terimakasih telah menyadarkannya kembali.

Sepulang kuliah aku langsung melihat kenangan-kenangan bersama adit, yaitu fotoku bersamanya. Ketika dia memelukku, ketika dia menciumku, ketika dia mencubit pipiku, semuanya begitu jelas disini, semuanya begitu indah dan tak mungkin aku lupakan. Aku ingin mengulangnya kembali bersama nya. Aku rasa Adit masih belum sepenuhnya ingat masalalunya bersamaku, dan mungkin jika aku menunjukkan sedikit pecahan ingatannya dia akan menyadari segalanya. Ya..!!! aku harus menunjukkan ini semua padanya.

Aku menunggunya di depan gerbang sepulang kuliah utuk menunjukan foto tentang aku dan dia. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan padanya, entahlah dia akan datang atau tidak. Tapi aku yakin dia akan datang, dia pasti datang.

Beberapa menit kemudian dia datang bersama seorang gadis yang menurutku dia manis, mungkin dia temennya atau apalah. Adit mulai mendekatiku dengan senyuman yang aku suka, namun setelah dia berhadapan denganku dia memperkenalkan gadis yang bersamanya.

“Ver, kenalin, ini Gita.”

Aku tersenyum pada gadis itu kemudian aku menyebutkan namaku.

“aku Vera.”

“owh ya, Adit cerita banyak tentang kamu.. katanya kamu temannya yang baru dia ingat.. dulu kamu satu SMP kan sama dia?”

Apa? Teman? Apakah Adit mengingatku hanya sebatas teman?, dia tak mengingat ku ketika aku SMA, dia hanya mengingatku saat aku menjadi temannya, bukan kekasihnya. Lalu wanita ini siapa?

“oh.. ya.. kalau boleh tau, apa hubungan mu dengan Adit.”
“Adit belum ceita sama kamu? Dasar Adit. Dia itu pacarku..” ucapnya dengan senyuman manisnya.

Setelah aku mendengar kata “pacar” badan ku terasa lemas, aku rasa aku tak bisa menahan air mataku, dan aku menjatuhkan kotak yang berisi album photo.

“Dit jaga dia ya.. jangan biarkan dia kesepian, jangan pernah tinggalkan dia dalam hal apapun, sayangi dia selalu.”

Aku mulai menjauh dari mereka berdua, bahkan aku lupa tak membawa kotak yang aku jatuhkan. Aku rasa mereka bahagia, aku rasa aku hanya menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Aku memutuskan untuk melupakan adit. Aku bukanlah gadis paling beruntung di dunia, tetapi aku gadis termalang di dunia. Apa yang akan aku lakukan tanpanya, tanpa dia di sisiku? Selamat tinggal dunia lamaku, selamat datang dunia baruku.
_______________________
Cerpen Karangan: Iesma