The Way I Loved is Different

Banyak yang bermimpi bagaimana membangun suatu hubungan yang harmonis, dan banyak pula yang berharap bagaimana dapat tetap menjaga keutuhan cinta di zaman ini. Hmmmm, aku adalah salah satu orang menginginkan dua hal itu tapi, ternyata banyak juga kendalanya.
Bagaimana bisa melaksanakannya sedangkan, sulit sekali mendapat pasangan. upss… sulit mendapat pasangan bukan berarti aku ini tidak cantik loh. Banyak yang mengagumiku dengan mengatakan, aku ini gadis manis, punya postur tubuh yang seksi dan fashionable. Tapi sulit bagiku untuk menemukan orang yang benar-benar membuatku jatuh hati. Ada temanku yang berkata, jangan terlalu memasang kriteria, susah dapat nanti. Jawabku, it’s not that my dear friend, aku hanya mencari orang yang dapat membimbingku, full of respect dan mencintaiku dengan segala kekuranganku. Simple kan? dan aku rasa tak ada salahnya karena baik pria maupun wanita, pasti menginginkan hal yang sama dari pasangannya.

Aku mempunyai dua sahabat, dan kami berteman sudah lebih dari sepuluh tahun. Bagiku mereka berdua sudah seperti saudara, dan kami sering sharing pengalaman hidup kami masing-masing. Mereka berdua sudah berkeluarga, yang Naya mempunyai dua orang anak dan Keira tiga anak. Mereka sangat bahagia dengan keluarga kecil yang meraka bangun, dan anak-anak mereka sangat lucu, mereka mulai tumbuh dan ada yang sudah mulai memasuki sekolah dasar, hmmmm, waktu memang berlalu dengan cepat seperti mobil yang tak bisa di rem.

Aku sempat iri kalau melihat mereka begitu menikmati hari-hari mereka sebagai seorang istri dan seorang ibu. Kadang mereka mengeluh begitu sulit membagi waktu, bahkan untuk mengurus diri saja tak punya waktu. Tapi, tetap saja senyum kebahagiaan terpancar dari wajah mereka yang lelah. Dengan melihat mereka, membuat aku terus bermimpi, kapan giliranku dan aku sudah tidak sabar untuk itu.

Waktu terus bergulir, ke-dua sahabatku menikmati kehidupan yang mereka bina dengan penuh cinta kasih. Sedangkan aku, hanya berdoa dan berharap agar secepatnya akupun bisa merasakan hal yang sama dengan mereka. Walaupun kami sudah tidak bertemu rutin seperti dulu, tapi kami masih saling mengontak entah dari facebook ataupun telfon. Biasanya sekarang dua atau tiga bulan baru ketemuan. Kami sering janjian untuk makan di tempat favorit kami dulu. Sambil bercerita, tertawa-ria, kami benar-benar enjoy dan itu kami jalani selama seharian penuh dan mereka berdua sering bertanya padaku:

"Kapan kamu menemukan sosok pujaan hatimu itu?" Aku hanya tersenyum.

Sahabatku Naya berkata, "Hmmmm come on, it’s already time. Lihat kami, sebelum tua anak kami sudah tumbuh dewasa. Cepat kejarlah impianmu, jangan terus menunda karena waktu akan terus berjalan tanpa kau sadari."

Sahabatku yang satu, Keira, menyambung dari samping. "Aku mendoakanmu, semoga kamu cepat mendapatkan tambatan hatimu."

Aku hanya menjawab: "Iya, tolong bantu doakan aku, aku ingin secepatnya berkeluarga, dan aku ingin memiliki banyak anak supaya banyak rejeki nantinya." Kami tertawa sambil menikmati lalapan ayam di pantai laut.

Setelah seharian penuh, sepertinya kami harus pulang karena anak-anak mereka sudah menunggu dan tentunya mereka berdua harus bersiap-siap lagi untuk menyiapkan menu makan malam. Dan aku, harus melihat kembali jadwalku untuk mengingatkan aku pada apa yang akan aku lakukan besok.

Dari jadwalku sepertinya tidak banyak yang aku lakukan, hanya sebuah undangan kecil tapi sepertinya tidak penting. Namun karena kesepian dan tidak ada teman bercerita di rumah, akupun mau di ajakin teman-teman kantorku. Kami pergi ke sebuah boutique untuk melihat-lihat baju yang akan dikenakan pada salah satu wedding ceremony temanku. Tiba-tiba telfonku berdering dan aku lihat itu nomor yang tidak aku kenal tapi, aku hanya coba menjawab untuk memastikan siapa itu, dari suara sepertinya aku pernah mendengar tapi entahlah aku lupa namanya.

"Hellou, Hy girl. Seems like u forgot me." Aku berusaha ingat lagi kira-kira siapa yeah.

Dia menambahkan, "Did u remember white party in the beach café on last saturday?"

Aku langsung tebak. "Ohhhh ia, aku ingat sekarang, namamu Clause kan?"

Dia jawab, "Ia… ini aku. Apa kamu sudah cek emailmu? Aku mengirim beberapa fotomu dari malam itu."

Karena aku belum cek emailku, jadi aku hanya bilang terima kasih. Akan aku cek sebentar lagi. "Ok… and let me know if you’ve checked it out. Ok… sure. Byeeee"

Sambil BBM akupun membuka account yahoo-ku. Ohhhhhhhh ada sepuluh buah foto dimana aku sedang berdansa dan menikmati whisky-cola. Aku mengirimkan sms untuknya.
"Hy Clause, thank you. rupanya kau seorang photographer, I like all the pictures even I was looked a little wild’.

Dia langsung membalasnya, "You’re welcome, you were stunning dear, I luv that’.

Aku menyukainya, dia manis dan kelihatannya baik. Tapi, aku ragu apa dia sudah punya pacar atau mungkin istri. Namun aku masih diam, aku belum berani untuk bertanya walau dia sudah pernah nembak aku. Dua hari kemudian dia mengajakku makan di salah satu restorant favoritnya. Kami terus mengobrol dan dia bertanya padaku ‘apa kamu sudah punya pacar, aku sedikit kaget dan tidak sabar untuk menjawab, belum. Sebelumnya ia tapi kami sudah putus dan itu sudah dua tahun. Ok… katanya, aku suka mendengarnya berarti aku tidak punya saingan. Kemudian akupun menanyakan hal yang sama. Bagaimana denganmu? Aku, aku tidak punya, aku masih muda dan belum terpikir untuk menikah’. Aku hanya tersenyum dan wajah ceriaku tak bisa di sembunyikan.

Sepertinya dia menginginkanku untuk menjadi kekasihnya, dan tak bisa dipungkiri kalau akupun mau. Tidak lama kemudian akupun setuju untuk menjadi kekasihnya. Aku mulai menelpon dua sahabatku untuk mengabari mereka kalau aku tidak jomblo lagi. Merekapun senang dan memberiku selamat sambil berpesan kalau kami harus bertemu untuk merayakan.

Aku menjalani hubunganku dengannya cukup baik. Aku merasa, cahaya hatiku yang telah lama redup kini bersinar lagi ‘tentu dengan kehadirannya’. Aku sempat merasa aku adalah wanita yang paling bahagia saat itu. seiring dengan waktu, hubungan kami sudah memasuki bulan ke-dua. Kami semakin akrab dan aku begitu mencintainya.

Suatu hari, dia mengajakku untuk makan malam dirumahnya, dengan rasa gembira yang sangat, akupun bergegas memilih koleksi baju yang bagus untuk dikenakan. Aku begitu percaya diri melengkah memasuki ruangan kecilnya yang di tata rapi dan semuanya sudah ia siapkan dengan begitu romantis. Sofanya yang putih empuk, dengan seisi ruangan yang domain warna merah membuat suasana semakin hangat. Aku begitu gembira dan menikmati makan malam kami yang penuh canda dan tawa.

Rumah kecilnya bukanlah rumah impiannya karena ia menyewa dari sepupu temanku yang lokasinya tidak jauh dari rumahku. Setelah menikmati semuanya aku meminta izin untuk ke toilet, begitu aku masuk aku melihat sebuah ruangan kecil yang membuatku begitu penasaran, aku mencoba mampir dan melihat apa yang istimewah disana. Begitu aku masuk, aku melihat sederet foto yang di pasang rapi dalam sebuah lemari kaca, aku semakin penasaran dan langsung bertanya padanya:
Siapa mereka? Dia menjawab dari ruang tamu, siapa maksudmu? Kemudian dia menghampiriku. Aku bertanya lagi, siapa gadis kecil di foto itu? Dan siapa wanita yang ada disampingya? Ohh, dia putriku, dan wanita itu adalah ibunya. Apa? Apa aku tidak salah dengar?, katamu kamu masih muda tapi ternyata kamu sudah berkeluarga.

Aku bergegas pulang tanpa mendengar penjelasannya. Hatiku benar-benar hancur, dadaku sesak seolah tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat. Aku berusaha untuk menenangkan diri namun tak bisa menahan air mataku. Aku hanya berkata: ‘ya Tuhan, aku pernah gagal dalam hubungan yang aku bina selama 9 tahun. Aku berusaha melupakan masa lalu pahit itu dan mencoba sebuah lembaran baru, namun sekarang aku tersakiti lagi. Aku begitu terluka, bantulah aku Tuhan’.

Dia mencoba menelponku tapi aku langsung switch-of. Keesokan harinya aku berpikir untuk apa aku harus bersedih, untuk apa aku harus membiarkan diriku terluka, toh… hubungan kami baru di mulai dan belum terlambat bagiku untuk melepaskan semuanya tentang dia.

Selang beberapa hari dia mencoba menghubungiku dan aku rasa mungkin aku harus mendengarkannya. Dia datang ke kantorku dan mengajakku berrsantai sambil makan ice cream di Aru Bakery. Dia menjelaskan, Aku memang sudah punya seorang anak tapi aku belum menikah. Anakku sudah berumur 6 tahun. Aku merasa umurku masih muda jadi aku belum terpikir untuk menikah kemudian dia berkata: jangan hawatir dear, kau punya ruang khusus di hatiku. ‘Dengan mendengar itu aku merasa sepertinya dia tidak menghargai dan memahami perasaan orang lain. Dan aku menjawabnya: sepertinya kau sangat mencintai ibu dari putrimu. kamu pernah berkata kalau kamu masih sendiri tapi sekarang aku sudah melihat dan tau semuaya, dan dari cara kau memasang fotonya aku bisa lihat bagaimana kau menempatkannya begitu istimewa. Aku menarik nafas… well, harus aku akui bahwa dia yang pertama dalam hidupmu, dan aku tidak pantas menyainginya… bagaimanapun juga dia ibu dari putrimu tentu kau lebih mencintainya. Dia menatapku dan berkata, aku mencintaimu. Aku geram dan berteraik, bagaimana kau mencintai dua wanita sekaligus? Dia menjawab lagi: ‘the way i loved is different’. Mendengar itu aku merasa lebih sakit dan begitu hancur karena yang aku inginkan adalah keutuhan cinta, bukannya setengah dan hanya sebuah pilihan tanpa alasan yang jelas.

Dengan perasaan yang begitu sedih, aku tak mampu berkata lagi. Sepertinya cinta dan harapanku kembali pupus, dan mau tak mau aku harus mengakhiri semuanya. Walau hubungan yang masih berumur jagung namun sangat mengesan di hatiku. Aku merasa dia adalah sosok yang aku cari tapi aku tak bisa memilikinya dengan utuh, karena masih ada wanita lain yang menempati ruang di hatinya yang mana tak bisa tergantikan olehku.

Aku memilih mundur, mengakhiri semuanya dan kembali menjomblo. Aku tidak memasang target lagi, aku hanya nikmati dan jalani hidupku apa adanya seperti air yang mengalir tanpa beban.
                                  
By: Kutcha Mota