Malam ini tak berbintang lagi, bukan hanya hari ini tapi mungkin
seterusnya, sepertinya dia tak ingin menunjukan cahayanya lagi, karena
dia telah menyadari kehadiran seseorang yang sangat mengagumi dan
mendambanya, namun ternyata bukan sosok yang dia harapkan.
Pertama kali aku melihatnya di dalam kerumunan yang sebelumnya tak pernah ku hiraukan, ada sesuatu yang berbeda pada pandangan yang pertama itu, seketika ku terpaku dan coba menyadari, dia bersinar mengelilingi aku dengan pantulan sinarnya, sorotan cahaya yang indah itu masuk ke dalam relung hati, menerangi sisi hati yang gelap yang lama tak berpenghuni. Dia berlalu dan aku tetap terdiam dalam lamunanku, namun bayangnya tak serta merta pergi, mengikuti bahkan tertinggal dalam pikiran ku.
Malamku terganggu hingga aku tak lelap karena terbayang dirinya, tanpa memandangnya pun terlihat jelas wajahnya di depan mata ku, sungguh rasanya aku bisa bangkit dari keterpurukan dan tersenyum untuk nya.
Berkali kali aku bersamanya dalam ruang yang sama, berkali kali ku coba menatapnya lebih lama, berkali kali ku ingin tersenyum menyapanya, banyak kesempatan tak bisa aku gunakan, karena bibir ini seperti terkunci tak mampu berucap saat dekat dengannya.
Tak lelah aku berusaha mencari cara agar bisa mengenalnya, walau hanya mencari tau namanya saja, aku berusaha bukan hanya jadi pengagum rahasia, aku ingin menunjukan pada dia ada seseorang yang jatuh hatinya karena tatapan yang ia balaskan pada tatapan mata ku di waktu itu.
Memang seringkali mata ku dan matanya bertemu tanpa sengaja, berharap dia bisa membaca seolah aku berkata “aku menyukai mu”.
Berhari hari, berminggu minggu, hingga berbulan bulan aku memperhatikan geraknya, memperhatikan wajahnya, sikapnya, bahkan jam jam dimana aku dan dia sering bertemu pun selalu ku ingat.
Usaha ku setidaknya membuahkan hasil setelah sekian lama, entah bagaimana jelasnya yang pasti ku dapati namanya, bahkan nama lengkapnya, aku pun mendapatkan foto fotonya yang akhirnya bisa aku miliki dan ku pandangi terus menerus setiap saat.
Aku mencoba untuk bisa menjadi dekat, biarpun hanya sebagai teman, aku hanya berdoa agar suatu saat waktu mengizinkan aku untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa aku mencintainya.
Kini aku bisa rasakan sorot matanya yang lebih lama, senyumnya yang bisa ku lihat lebih berarti, waktu berdua dengannya yang selama ini hanya dalam mimpi pun bisa aku rasakan secara nyata. Aku bahagia walaupun ku tau dia tak menganggapku benar benar ada.
Malam malam ku penuh bintang saat bersamanya, dan tentu saja bagiku dia bintang yang paling terang, yang paling indah yang pernah ku lihat, lelah ku menjadi senyuman saat dia berada di sampingku, cahayanya terus menyertaiku kemanapun aku melangkah, karena dia tlah temukan celah dan tinggal di dalam benak ku.
Aku perbuat banyak hal dan segala cara untuk menunjukan perjuangan dan pengorbananku untuk mendapat perhatiannya, aku tak lelah biarpun ku tau tak ada niat di hatinya untuk menghargai semua itu, karena dia tak menganggapku lebih dari seorang kenalan yang ia temui.
Aku bahagia tiap kali dia bicara dengan ku, tiap saat dia menghubungiku, tiap lekukan manis bibirnya tersenyum mengarah kepadaku, tiap sorot matanya yang dulu selalu aku idam kan untuk ku tatap lebih lama menatap padaku. Aku tak perduli rasa sakitnya mencintai seseorang yang selalu merindukan kekasihnya itu. Aku cemburu namun tak mungkin aku tunjukan, ku pendam sendiri kepedihan itu sambil menikmati cahaya yang masih tersisa untukku.
Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan lagi beban perasaan yang makin bergejolak, ku ungkap sedikit demi sedikit tuk ku tunjukan padanya, walaupun tak secara langsung namun sesuatu terjadi diluar dugaan ku.
Dia pergi mungkin setelah menyadari aku sangat menginginkan dia. Mungkin karena risih ataupun ada hal lain yang membuatnya menjauh dari ku, aku seperti kehilangan sesuatu yang tak pernah aku miliki, terasa aneh saat tak ada lagi senyuman itu, tak ada lagi cahaya yang menerangi jalan ku.
Inikah jawaban setelah lama memendam rasa dan waktu pun tak mengizinkan aku mengungkapnya secara langsung, dia terlanjur pergi dan terlambat ku cegah. Dia menghilang, mengacuhkan aku, membuatku mencari namun tak ku temui jejaknya.
Hari hari ku menjadi lebih gelap, lebih pekat dari sebelumnya, tak ada lagi senyum, tak ada lagi tawa yang menghiburku, terasa sepi, yang ada hanya tetes air mata, kepedihan, kesedihan, dan luka yang mendalam seolah ingin merampas segala kebahagiaan ku.
Biarpun dari semula ku tau dia bukan untuk ku, tapi aku tak bisa menjaga hatiku untuk tak membiarkan dia masuk lebih dalam, aku tak bisa membuatnya hilang dari ruang hati yang telah ku sediakan untuknya.
Bagaimana bisa waktu yang aku pertaruhkan selama ini, segala perjuangan yang aku lakukan untuk semua ini, berakhir hanya dengan beberapa malam bintang itu bersinar, lalu lenyap begitu saja. Apa tak ada ketulusan yang dapat ia lihat menyelimuti perasaan ku, atau memang dari awal tak ada arti yang dapat dihargai untuk itu.
Dia pergi, lalu bagaimana denganku. Apa aku harus mengejarnya dan membuktikan kesungguhan ku, atau haruskah aku berdiam disini menanti dia datang setelah menyadari kehadiranku, atau mungkin kah aku harus pergi mencari tujuan yang lain dengan arah yang berbeda agar tak lagi mengingatnya? Aku tak mengerti. Tapi aku tak bisa berbohong, jiwaku membutuhkan cahayanya, hatiku terus memanggilnya, pikiranku tak dapat lepas darinya.
Aku mengerti takkan mungkin bisa mendapatkannya, aku mengerti kesalahanku jatuh cinta padanya, aku mengerti kenyataan yang tak mungkin menyatukan aku dengannya.
Namun aku ingin tetap menjadi si pengkhayal yang mengharapkannya.
Terus mencintainya sampai bintang itu redup dalam hatiku, bermimpi seolah dia tercipta untukku, menikmati hari seakan dia bersama ku, karena adanya dia membuat ku bahagia, melewati waktu lebih mudah, tak apa jika aku hanya bisa bermimpi, setidaknya aku bisa mengenang waktu yang pernah jadi kenyataan terindah dalam kisah ku, saat cahayanya menghiasi malam malam ku..
Kelak ‘B’intang itu harus mendengar, aku tak pernah lelah memujanya, aku menyayanginya dengan segenap hatiku, tak memaksanya untuk memahami, aku hanya ingin dia tau yang sesungguhnya, kejujuran yang tak pernah terungkap dari mulut ku :)
______________________________
Cerpen Karangan: Dhania
Pertama kali aku melihatnya di dalam kerumunan yang sebelumnya tak pernah ku hiraukan, ada sesuatu yang berbeda pada pandangan yang pertama itu, seketika ku terpaku dan coba menyadari, dia bersinar mengelilingi aku dengan pantulan sinarnya, sorotan cahaya yang indah itu masuk ke dalam relung hati, menerangi sisi hati yang gelap yang lama tak berpenghuni. Dia berlalu dan aku tetap terdiam dalam lamunanku, namun bayangnya tak serta merta pergi, mengikuti bahkan tertinggal dalam pikiran ku.
Malamku terganggu hingga aku tak lelap karena terbayang dirinya, tanpa memandangnya pun terlihat jelas wajahnya di depan mata ku, sungguh rasanya aku bisa bangkit dari keterpurukan dan tersenyum untuk nya.
Berkali kali aku bersamanya dalam ruang yang sama, berkali kali ku coba menatapnya lebih lama, berkali kali ku ingin tersenyum menyapanya, banyak kesempatan tak bisa aku gunakan, karena bibir ini seperti terkunci tak mampu berucap saat dekat dengannya.
Tak lelah aku berusaha mencari cara agar bisa mengenalnya, walau hanya mencari tau namanya saja, aku berusaha bukan hanya jadi pengagum rahasia, aku ingin menunjukan pada dia ada seseorang yang jatuh hatinya karena tatapan yang ia balaskan pada tatapan mata ku di waktu itu.
Memang seringkali mata ku dan matanya bertemu tanpa sengaja, berharap dia bisa membaca seolah aku berkata “aku menyukai mu”.
Berhari hari, berminggu minggu, hingga berbulan bulan aku memperhatikan geraknya, memperhatikan wajahnya, sikapnya, bahkan jam jam dimana aku dan dia sering bertemu pun selalu ku ingat.
Usaha ku setidaknya membuahkan hasil setelah sekian lama, entah bagaimana jelasnya yang pasti ku dapati namanya, bahkan nama lengkapnya, aku pun mendapatkan foto fotonya yang akhirnya bisa aku miliki dan ku pandangi terus menerus setiap saat.
Aku mencoba untuk bisa menjadi dekat, biarpun hanya sebagai teman, aku hanya berdoa agar suatu saat waktu mengizinkan aku untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa aku mencintainya.
Kini aku bisa rasakan sorot matanya yang lebih lama, senyumnya yang bisa ku lihat lebih berarti, waktu berdua dengannya yang selama ini hanya dalam mimpi pun bisa aku rasakan secara nyata. Aku bahagia walaupun ku tau dia tak menganggapku benar benar ada.
Malam malam ku penuh bintang saat bersamanya, dan tentu saja bagiku dia bintang yang paling terang, yang paling indah yang pernah ku lihat, lelah ku menjadi senyuman saat dia berada di sampingku, cahayanya terus menyertaiku kemanapun aku melangkah, karena dia tlah temukan celah dan tinggal di dalam benak ku.
Aku perbuat banyak hal dan segala cara untuk menunjukan perjuangan dan pengorbananku untuk mendapat perhatiannya, aku tak lelah biarpun ku tau tak ada niat di hatinya untuk menghargai semua itu, karena dia tak menganggapku lebih dari seorang kenalan yang ia temui.
Aku bahagia tiap kali dia bicara dengan ku, tiap saat dia menghubungiku, tiap lekukan manis bibirnya tersenyum mengarah kepadaku, tiap sorot matanya yang dulu selalu aku idam kan untuk ku tatap lebih lama menatap padaku. Aku tak perduli rasa sakitnya mencintai seseorang yang selalu merindukan kekasihnya itu. Aku cemburu namun tak mungkin aku tunjukan, ku pendam sendiri kepedihan itu sambil menikmati cahaya yang masih tersisa untukku.
Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan lagi beban perasaan yang makin bergejolak, ku ungkap sedikit demi sedikit tuk ku tunjukan padanya, walaupun tak secara langsung namun sesuatu terjadi diluar dugaan ku.
Dia pergi mungkin setelah menyadari aku sangat menginginkan dia. Mungkin karena risih ataupun ada hal lain yang membuatnya menjauh dari ku, aku seperti kehilangan sesuatu yang tak pernah aku miliki, terasa aneh saat tak ada lagi senyuman itu, tak ada lagi cahaya yang menerangi jalan ku.
Inikah jawaban setelah lama memendam rasa dan waktu pun tak mengizinkan aku mengungkapnya secara langsung, dia terlanjur pergi dan terlambat ku cegah. Dia menghilang, mengacuhkan aku, membuatku mencari namun tak ku temui jejaknya.
Hari hari ku menjadi lebih gelap, lebih pekat dari sebelumnya, tak ada lagi senyum, tak ada lagi tawa yang menghiburku, terasa sepi, yang ada hanya tetes air mata, kepedihan, kesedihan, dan luka yang mendalam seolah ingin merampas segala kebahagiaan ku.
Biarpun dari semula ku tau dia bukan untuk ku, tapi aku tak bisa menjaga hatiku untuk tak membiarkan dia masuk lebih dalam, aku tak bisa membuatnya hilang dari ruang hati yang telah ku sediakan untuknya.
Bagaimana bisa waktu yang aku pertaruhkan selama ini, segala perjuangan yang aku lakukan untuk semua ini, berakhir hanya dengan beberapa malam bintang itu bersinar, lalu lenyap begitu saja. Apa tak ada ketulusan yang dapat ia lihat menyelimuti perasaan ku, atau memang dari awal tak ada arti yang dapat dihargai untuk itu.
Dia pergi, lalu bagaimana denganku. Apa aku harus mengejarnya dan membuktikan kesungguhan ku, atau haruskah aku berdiam disini menanti dia datang setelah menyadari kehadiranku, atau mungkin kah aku harus pergi mencari tujuan yang lain dengan arah yang berbeda agar tak lagi mengingatnya? Aku tak mengerti. Tapi aku tak bisa berbohong, jiwaku membutuhkan cahayanya, hatiku terus memanggilnya, pikiranku tak dapat lepas darinya.
Aku mengerti takkan mungkin bisa mendapatkannya, aku mengerti kesalahanku jatuh cinta padanya, aku mengerti kenyataan yang tak mungkin menyatukan aku dengannya.
Namun aku ingin tetap menjadi si pengkhayal yang mengharapkannya.
Terus mencintainya sampai bintang itu redup dalam hatiku, bermimpi seolah dia tercipta untukku, menikmati hari seakan dia bersama ku, karena adanya dia membuat ku bahagia, melewati waktu lebih mudah, tak apa jika aku hanya bisa bermimpi, setidaknya aku bisa mengenang waktu yang pernah jadi kenyataan terindah dalam kisah ku, saat cahayanya menghiasi malam malam ku..
Kelak ‘B’intang itu harus mendengar, aku tak pernah lelah memujanya, aku menyayanginya dengan segenap hatiku, tak memaksanya untuk memahami, aku hanya ingin dia tau yang sesungguhnya, kejujuran yang tak pernah terungkap dari mulut ku :)
______________________________
Cerpen Karangan: Dhania