Cintaku Tidak Cacat Sedikitpun

Sabtu 21-04-2012, pada hari itu aku sedang mencari pekerjaan, sebenarnya sudah 2 minggu yang lalu aku mencari pekerjaan, tapi Tuhan belum memberi pekerjaan kepadaku, aku tidak pernah putus asa, namun akhirnya hari itu aku di panggil oleh salah satu apotik di daerah Bekasi, dan akhirnya aku diterima sebagai pelayan.



Meskipun hanya sebagai pelayan itu patut disyukuri. Ya, memang karena aku hanya lulusan D3 karena pada saat itu aku sudah tidak memiliki biaya lagi untuk melanjutkan sekolah ku, aku tidak bisa mengandalkan orangtuaku karena orangtuaku hanya seorang petani yang penghasilannya tidak tetap.

Tapi aku sangat bangga kepada orangtuaku karena perjuangan mereka sungguh luar biasa untuk menyekolahkanku. Aku anak pertama dari 2 bersaudara, namaku Fhazian Radika aku biasa di panggil Dika. Setelah aku memberitahu orangtua ku bahwa aku sudah mendapat pekerjaan mereka sangat senang sekali. Hingga ayahku hampir menangis karena terharu.

Hari pertama aku bekerja, aku sangat senang, tapi aku juga merasa aneh, mungkin karena itu hari pertama. Lalu terdengar suara seseorang memanggilku “Eh pegawai baru” aku kaget lalu aku mencari asal suara itu.

“Apa anda memanggil saya” jawab ku. Tidak habis fikir ternyata yang memanggil ku adalah wanita yang sangat cantik.

“Eh, jaga ucapan lu, panggil gua “Dokter” Dokter Niken!” sahutnya.

“I... iya dok maafkan saya, saya tidak tahu karena saya pegawai baru disini”

“Nenek-nenek brigdance juga tahu kalau lu orang baru disini, nanti lu bawain resep-resep obat yang ada di meja, taruh di meja gua” perintahnya.

“Iya bu.. eh iya dok” jawabku dengan tegang.

Tenyata wanita itu adalah seorang dokter, tiba-tiba ada seorang pegawai yang menghampiri ku dan berkata. “Perkenalkan nama aku Nabilla, aku kerja di bagian kasir, kamu pegawai baru kan? Ga usah kaget gitu bu Niken memang seperti itu sikapnya kita disini sudah pada tau kok, dia ga pernah berubah orangnya.”

“Iya, nama gua Fazhian Radika panggil aja Dika, hehe gapapa kok tapi gua yakin bu Niken itu orangnya baik banget” jawab ku.

“Hahaha ternyata kamu lucu juga ya orangnya, dari dulu tuh gak ada yang bilang bu Niken baik”

“Tapi gua yakin bila bu Niken itu baik”

“Hahaha ada-ada aja, ahh sudah ah aku mau lanjut kerja lagi, oh iya nanti pasien itu kasih askesnya ya, semoga kamu betah kerja disini”

“Iya Bil makasih ya” percakapan itu pun berakhir lalu aku melanjutkan pekerjaan.

14:00 saat apotik sudah mulai sepi oleh pasien, tiba-tiba dokter Niken turun dari tangga sambil berlari hingga menabrak ku “Aduhhh.. pegawai baru! Lu punya mata gak sih liat nih tangan gua sakit banget!” hentaknya.

“Maaf maaf dok saya tidak sengaja” jawabku.

“Makanya jalan tuh pake mata jangan pake bulu idung, sudah minggir saya buru-buru”. Lalu hari pertama kerjapun berakhir. Aku pulang dengan badan pegal-pegal, sesampainya di kos aku langsung loncat ke tempat tidur. karena saking capenya sampai lupa mandi.

03:00 malam. Aku terbangun dalam tidurku, aku langsung menganmbil air wudhu lalu shalat tahajud, setelah itu aku kembali tidur lagi, tapi tidak tahu mengapa aku tidak bisa tidur, setiap aku memejamkan mataku, aku selalu melihat wajah dokter Niken, apa jangan jangan aku mempunyai rasa sama dokter Niken? Lalu aku bicara sendiri “Mustahil banget gua suka sama dokter niken, lagian walaupun iya mana mungkin itu bisa terjadi, karena bu Niken itu orang terpandang dan dia juga pasti sudah memiliki kekasih” lalu aku kembali tidur

Terdengar suara ayam memanggil semua orang, fajar pun terbangun dalam tidurnya, tak terasa hari sudah pagi. Aku lekas bersiap-siap untuk kembali bekerja, di perjalanan aku bertemu dokter Niken aku melihatnya di balik kaca mobil Fortuner yang terbuka. Lalu aku menyapanya “pagi bu dokter”.

Dokter niken pun menjawab “Siapa sih lo, sok kenal banget”.

Aku hanya bisa terdiam, tapi aku melihat di mobil itu ada seorang pria, mungkin kekasih dokter Niken. Tidak tahu mengapa hari itu aku sangat tidak bersemangat setelah melihat dokter Niken bersama seorang pria. Apa mungkin ini adalah rasa cemburu. Dalam hati ku selalu bertanya-tanya sebenarnya kenapa aku seperti ini.

Saat tiba di kantor aku langsung mengerjakan semua tugas-tugas ku. Tiba-tiba doketer Niken memanggil ku “Dika. Cepet kesini, gua laper banget nih pasien kan belum banyak jadi tolong beliin gua mie ayam di restoran sebelah ya!”

“iya dok”. jawab ku, seharusnya ini bukan tugas ku tapi tidak apa-apa lah aku hanya ingin menolong dia.

Lalu aku masuk keruangan dokter Niken dengan membawa bungkusan berisi mie ayam. “Ini dok mie ayamnya”. ucap ku

“Taruh aja disitu, kembaliannya lo ambil aja”

“Tidak usah dok, terimakasih saya iklas ko” jawab ku.

Eeh belagu banget sih lu, baru jadi pegawai aja sudah belagu apalagi kalo lu jadi dokter kaya gua, udah sono lanjutin lagi kerjaan lo”

“I.. iya dok” jawab ku.

“Dikkkkkkkaaaaaaa…!!” terdengar teriakan dokter Niken, aku langsung lari keruangannya aku takut terjadi apa-apa dengan dia.

“Ada apa dok? Ko dokter teriak sambil memanggil saya? Dokter kenapa?” Tanya ku dengan nafas terengah-engah.

“Lu punya otak gak sih? Apa otak lu udah di jual buat beli sawah? Ini mie ayam kenapa pedes banget!?”

“Maaf dok saya tidak tahu, tapi saya akan menggantinya dengan yang baru”

“Ya harus lah, cepet sono beli lagi mie ayam nya!” jawab nya dengan wajah yang sangat jutek, tapi bagiku dia selalu tersenyum.

Hari pun sudah malam aku segera shalat Isya lalu beristirahat. Sebelum tidur aku kembali memikirkan dia, aku berfikir kenapa aku tidak pernah kesal atau marah setiap dia bicara padaku meskipun aku tahu kalau perkataannya selalu tidak enak. Kalau memang dokter Niken adalah orang yang aku cintai, aku akan memperjuangkan cinta itu. Ayam tetangga sebelah kembali membangunkan aku, tak terasa hari sudah pagi lagi, 6 bulan sudah aku bekerja di apotik itu. Sikap dokter Niken kepadaku masih seperti dulu, tapi aku tidak tahu kenapa aku merasa bahagia setiap dia mengomeli dan memarahiku.

Saat aku sedang mengantar teman ku belanja di salah satu mall di bekasi, aku melihat seorang pria yang sepertinya ku kenal. Akupun berfikir keras siapa pria itu sebenarnya.

“Dika, kamu liatin apasih? Ko kayanya serius banget”

“Ohh, engga ko gua cumaan liatin orang itu, kayak mirip ade gua, oh iya sudah ketemu belom barangnya?” jawab ku.

“Sudah kok, ya sudah yuk lanjut lagi”

“iya, ya sudah tinggal cari maskernya”. Ternyata aku baru ingat ternyata pria itu adalah kekasih Niken, tapi kenapa dia bersama perempuan lain, apa mungkin dia memainkan perasaan dokter Niken? Aku sangat emosi pada saat itu.

Ternyata benar pria itu adalah kekasih dokter Niken, “Aku harus memberitahu dokter Niken soal ini” ucapku dalam hati.

Esokan hari aku langsung bicara pada dokter Niken soal hal ini tapi

“Eh pegawai bau lu jangan ngomong sembarangan, gak mungkin pacar gua kaya gitu, lu sudah berani ngomong sembarangan tanpa bukti dan mencemarkan nama baik pacar gua. Mulai sekarang lu gua PECAT!” dengan nada yang sangat tinggi dokter Niken bicara seperti itu padaku. Akhirnya aku di pecat karena masalah yang sepele “Bodohnya gua berani ngomong gitu tanpa bukti” ucapku dalam hati.

Malam yang dingin dan kejam, aku keluar dengan membawa sepeda motor berniat mencari nasi goreng. tapi saat aku melewati jembatan di sebuah jalan raya yang sangat sepi aku melihat seorang wanita yang mennghadap ke arah samping jembatan. Aku langsung bergegas mendekatinya, aku takut perempuan itu berniat bunuh diri. Secepat mungkin aku tangkap dan saat perempuan itu membalikan badan ternyata perempuan itu adalah dokter Niken. Akupun langsung kaget dan terdiam beberapa saat.

“Apa yang mau dokter lakukan disini?” tanyaku.

“Dika maafkan saya, selama ini kamu benar” jawabnya

“Benar apa dok?” tapi tiba-tiba dia langsung lari dan tiba-tiba ada mobil dengan kecepatan yang cukup kencang menabrak dokter Niken.

Aku sangat shock pada saat itu. Ga tau apa yang harus aku lakukan. Lutut ku gemetar sangat kencang. Air matapun tidak bisa di tahan lagi. Aku langsung menghampiri dokter Niken, aku langsung membawanya ke rumah sakit, tidak ada yang kupikirkan kecuali nyawa dirinya. Akhirnya setelah sampai di rumah sakit, dengan sigap tim medis menanganinya. Aku hanya bisa berdo’a dan pasrah.

Aku langsung memberitahu semua keluarga dokter Niken.

“Ya allah hanya kepadamu aku meminta dan hanya kepadamu aku memohon, sembuhkanlah dirinya ya Allah ampunilah segala dosanya, ya Allah aku mencintainya aku hanya ingin dia tahu perasaan ku padanya, ya Allah kabulkanlah doa ku” doa itu pun aku ucap berulang-ulang kali sampai aku tertidur di kursi ruang tunggu.

Akhirnya kerluarga Niken semuanya datang, aku langsung menjelaskannya apa yang sebenarnya terjadi. Keluarga Niken tak bisa menahan tangisannya, akhirnya setelah berjam-jam Niken di operasi dokterpun memberitahu kalau Niken akan buta permanen tangannya harus di amputasi dan usianya tidak tahan lama lagi. Saat mendengarnya aku langsung lari ke tempat sepi dan menumpahkan semua airmataku. Aku sangat menyesal kenapa waktu itu aku biarkan dia lari. Aku tonjok dinding hingga tanganku berdarah, aku sangat sangat menyesal, tapi semua ini sudah terjadi.

5 hari Niken koma akhirnya ia sudah siuman, aku tidak tahu mengapa yang ia sebut adalah namaku.

“Dika, dikaa” ucapnya.

“Iya dok? Gimana keadaan dokter” jawab ku.

“Panggil saya Niken saja, Dika maaf kan semua kesalahan saya selama ini, saya selalu bicara kasar sama kamu, dan kamu juga bener tentang pacar aku, aku ga tau apa yang terjadi kalau malam itu kamu tidak ada disitu, makasih ya”

“Iya dok, eh Niken aku ga pernah marah setiap kamu berbuat apapun ke aku, aku tau kamu itu orang yang baik”

“Apa aku bisa memegang tangan mu Dika? Tapi kenapa aku tidak bisa melihat apa-apa?”

"Tentu saja, hm.. kata dokter kamu belum sembuh total jadi perban dimata-mu belum bisa di buka.” Aku tidak bisa berkata yang sesungguhnya, niken pun memegang tangan ku dengan kuat, aku ga tau apa yang dia inginkan,

1 bulan kemudian, tiba-tiba orang tua Niken menelponku, katanya ada yang ingin mereka bicarakan, aku langsung kerumahnya dan orangtua Niken bicara padaku.

“Nak Dika, ada yang pingin kami bicarakan”

“Ada apa pa, bu?” sahutku.

“Apa nak Dika bersedia jika nak Dika menikah dengan anak kami Niken?”

Ga tau apa yang harus aku lakuin saat itu, yang aku pikirkan ini mimpi terindah dalam hidupku. Tapi ternyata ini nyata.

“Aa.. a..aa.a ku tidak tahu bu, taa.. tapi..” jawab ku dengan sangat gagap.

“Tenang semua biayanya kami yang tanggung tapi kami mohon nak Dika menerimanya, karena ini semua kemauan anak kami Niken” ku lihat wajah ibu Niken yang sangat menaruh harapan kepadaku.

“Baiklah saya bersedia” jawabku dengan tegas

Akhirnya keluargaku dan keluarga Niken semuanya hadir saat pernikahan itu, pernikahan yang sangat sederhana dan sangat khushu berlangsung dengan lancar. Akhirnya kita berdua resmi menjadi suami istri, lalu niken berkata kepadaku.

“Kenapa kamu mencintai orang cacat sepertiku dan dulu aku tidak pernah berbuat baik sedikitpun kepadamu sayang” Niken berkata dengan nada yang sangat rendah, karena kondisinya yang sangat melemah.

Lalu aku menjawab “Aku tahu memang fisikmu sudah berbeda dengan yang dulu. tapi ketahuilah cintaku tidak pernah cacat sedikitpun sekarang dan untuk selamanya. Aku sangat mencintai kamu Niken”

Niken-pun mengeluarkan air matanya. “Dika, sekarang aku tahu apa arti cinta sesungguhnya, cinta adalah bagaimana usaha kita untuk menutupi kekurangan pasangan kita, agar menjadi cinta yang sempurna.”

Niken memelukku di depan banyak orang, dan dia berkata “Aku sangat bahagia sayang”

“Aku juga” jawab ku, tapi… tak lama aku merasakan sesuatu yang aneh, kenapa dia memeluku lama sekali, tanpa kusadari Niken sudah tiada. Dia menangis yang terakhir kalinya di pundak ku. “NIIIKKKEEENNN…!!!”

THE END
                                                
Cerpen Karangan: Adyan