Impian Hati menjadi Habibie

Suatu ruang gelap ramai. Siang hari menuju sore. Tampak 4 orang sedang menuju bioskop, keempat sahabat yang dibayangkan tokoh Pahlawan Habibe (B.J. Habibie) dengan Ibu Ainun di suatu layar bioskop.


Diyah dan Retno tampak mengantri untuk membeli karcis di suatu ruang. Yang tampak lelah menunggu karcis sambil berdiri. Dan akhirnya mereka mendapatkannya.

“Teman-teman, ini karcisnya sudah dapat!.”

“Mana-mana?” Sambil berlari menuju ke tempat Diyah dan Retno.

“Ayo, kita cepat masuk ke bioskop!.”

“Iya, ntar malah ketinggalan ceritanya.”

Setelah semua selesai menonton bioskop, tampak keempat anak keluar dari bioskop dan berdiri di depan bioskop sambil mencari tempat duduk untuk bersinggah dan membeli sebuah makanan ringan.

“Wah, tadi cerita Habibie dan Ainun sangat bagus dan tepat untuk dijadikan teladan” Bicara dengan teman-temannya.

“Iya, tadi sangat istimewa dan mengharukan. Disamping ceritanya bisa dijadikan inspirasi kita juga dapat dijadikan motivasi kita dalam belajar sehingga mampu dalam membangun negeri tercinta ini Indonesia.”

“Aku mau beli camilan dan minuman dulu ya.”

“Dasar kamu tu Vin, pikiranmu kok makan terus.”

“Ya gak apa-apa dong, sambil kita bicara tentang kisah Habibie dan ainun lebih enak sambil nyemil. Udah, sekarang ada yang titip apa gak?.”

“Ok! aku setuju-setuju aja, tapi aku makanannya jangan yang pedas-pedas. Ntar aku malah sakit perut.”

“Udah dari pada bingung mending belinya sama aja. Tapi jangan banyak-banyak, jangan jadi anak yang boros! Kita juga perlu nabung untuk masa depan kita.”

Semua pada menunggu Kevin membawakan sebuah makanan ringan dan minuman. Setelah Kevin datang, mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus.

“Mana si Kevin, kok gak datang-datang. Dia itu lama kalau melakukan sesuatu.”

“Udah lah Ret, kamu sabar dikit kenapa?.”

“Iya tuh, kamu gak sabaran!.”

“Huh…”

“Ini udah dapat semua pesanan kalian.”

“OK, Terima Kasih.”

“Ngomong-ngomong tadi, menurut kalian bagaimana ceritanya?.”

“Ya.. seperti yang aku bilang tadi.”

“Iya, ceritanya memang sangat menarik. Ada kisah tentang perjuangan, kesabaran, ketulusan, keikhlasan, jiwa nasionalisme untuk membangun negeri tercinta ini dan cinta sejati antara Pak Habibie dan Ibu Ainun yang sangat apik dikemas dalam sebuah cerita.”

“Alah… sok tau aja kamu, Ret. Emang kamu ngerti apa yang tadi disampaikan pengarangnya?.”

“Apaan sih kamu!.” Bicara sinis.

“Sudah, sudah jangan bertengkar!.”

“Nanti malah jadi suka lho….”

“Gak mungkin!.”

“Masih kecil, gak boleh pacaran.”

“Bener, apa yang dibilang Kevin. Belum saatnya! Apalagi kita masih SMP, masih banyak impian yang belum kita raih.”

“Iya tuh, Ringga!!!.”

“Iya deh maaf….”

Diselingi dengan bercanda gurau. Keempat anak tadi melanjutkan membahas kisah Habibie dan Ainun.

“Sudah, sekarang mending ngomong yang tadi aja! Kisah Habibie dan Ainun.”

“Aku paling ingat saat Pak Habibie ke Jerman untuk belajar dan bekerja, tapi disaat sudah sukses beliau tidak lupa untuk Indonesia, untuk pulang dan membangun Indonesia menjadi negara yang hebat! Walau di Jerman beliau mendapatkan tawaran pekerjaan yang menjamin.”

“Aku kagum kepada beliau. Walau beliau tidak membawa sebongkah harta untuk pergi ke Jerman, beliau hanya membawa tekad yang kuat tapi kenyataannya Pak Habibie bisa untuk sukses!.”

“Iya, iya, iya! Tentu tak lupa ada Ibu Ainun yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk Pak Habibie.”

“Tadi aku gak memperhatikan penuh ceritanya. Karena aku sebelum menonton bioskop, aku sudah baca Novelnya. Walau belum selesai bacanya sih.”

“Ntar aku pinjem ya, yah?.”

“Ok, Siap!.”

Ibu Ainun termasuk istri yang baik, sabar, gak pernah ngeluh, selalu memberi motivasi, cerdas, pokoknya istri yang sempurna.”

“Iya, tentu juga ibu yang istimewa. Yang mengurusi anaknya dengan kasih sayang dan ketulusan tanpa seorang pengasuh anak.”

“Semua itu karena adanya rasa saling percaya dan kekuatan cinta atau bisa disebut The Power of Love.”

Ya kuncinya kesabaran, kepercayaan, kekuatan cinta, dan ketulusan!.”

“Bisa disebut 4K ya?.”

“4K? Kesabaran, Kepercayaan, Kekuatan cinta dan Ketulusan. Benar juga!.”

“Dan itu bisa kita contoh! Sebagai teman/sahabat kita harus saling percaya gak boleh berantem, Sabar jika ada salah seorang teman yang marah atau mengejek kita iri ke kita atau bahkan benci kepada kita, Iri-kan tanda tak mampu? terus ketulusan dalam menjalankan pertemanan ataupun persahabatan tanpa memandang dia pintar atau bodoh, kaya atau miskin, cantik atau jelek, populer atau biasa, ataupun lainnya! Semua teman sama aja sebagai makhluk TYME yang kedudukannya sama di mata Tuhan.”

“Selain itu semua, tentu tak lupa untuk meraih kesuksesan haruslah belajar!.”

“Dan berusaha!.”

“Tak lupa, Berdoa. Jadi kunci dari sebuah kesuksesan adalah Belajar, Berusaha, Berdoa 3B!.”

“Kita harus bisa seperti Pak Habibie, bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri. Walau anak dari orangtua yang kurang mampu!.”

“Ya, kita harus bisa seperti Ir. Bacharuddin Jusuf Habibie.”

“Kita harus bisa membangun negeri Indonesia ini!.”

“Agar menjadi yang lebih baik, bahkan yang terbaik dari negara lain.”

“Iya, gak hanya terkenal dengan para koruptor yang mengkorupsi ber milyar-milyaran uang negara, saja!.”

“Betul tuh, sebagai siswa tentu kita haruslah belajar dan berdoa serta tak lupa berbuat yang positiv yang berguna bagi orang lain, masyarakat, bangsa, dan negara.”

“Iya, kita harus bisa membawa nama harum kedua orangtua, sekolah tercinta ini SMP Negeri 1 Pati, dan negara yang begitu sempurna Indonesia. Jangan hanya menjadi siswa yang nakal, brutal, yang bisanya berlindung dari punggung kedua orangtua dan bepangku tangan. Mari songsonglah negeri ini dengan cara menjadi anak yang unggul dalam prestasi, mantab dalam imtaq dan berwawasan global.

EPILOG :
Dari dialog diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa perjuangan dari semua tokoh pahlawan contohnya B.J Habibie semua itu demi negeri tercinta ini, tapi terkadang orang menyalah gunakan akan kedudukan pekerjaannya. Semua itu beda dengan B.J Habibie tetapi sebagian orang memandang beliau dengan sebelah mata seperti halnya dulu beliau pernah dikeluarkan dari negara ini.

Awal dari kesederhanaan untuk menuju kesuksesan diperlukan adanya Ketekunan, Kesabaran, Ketelitian, Kepercayaan dan Tekad yang kuat. Seperti halnya mengerjakan mata pelajaran Matematika, dibutuhkan ketelitian, dibutuhkan ketekunan, dibutuhkan tekad yang kuat, dibutuhkan kepercayaan bahwa pasti bisa, dan kesabaran untuk menghadapinya karena kita perlu adanya Proses untuk mendapat hasilnya kan? Dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya kita harus yakini itu.

Dari beliau kita harus bisa berkaca menuju kesuksesan tidaklah mudah untuk meraih cita-cita haruslah dengan perjuangan dan pengorbanan. Demi semua orang yang menyayangi kita tak lupa dan pertama adalah orangtua.
Intinya, kita harus bisa lebih baik di hari ini dari hari yang kemarin. Harus bisa menjadi terbaik di antara beribu anak yang baik, Harus bisa menjadi anak yang jenius dari berjuta-juta anak yang cerdas, Harus bisa membuat bahagia orang di sekeliling kita baik dengan cara Prestasi/Bakat/Tindakan. JADILAH ANAK YANG LUAR BIASA, TAPI INGAT HATI TETAP SEDERHANA!!! Cerminkan sikap budi pekerti yang luhur, sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
                                                                         
Cerpen Karangan: Diyah Ayu Rahmatika