Ku Temukan Cintaku

Memasuki tahun kedua ku besekolah disini, aku bertemu dengannya. Dengan seseorang yang dapat membuat jantung ini berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Yang dapat membuat ku lebih bersemangat menjalani hari. Ya, dia adalah Rachman seorang cowok yang lumayan ganteng, pintar dan pendiam. Tatapannya yang tajam mampu membuatku salah tingkah ketika ku melihatnya.

Beberapa bulan ku jalani hari ku dengan perasaan yang tak menentu. Aku tak mengerti dengan perasaan ini. Apa cuma sekedar mengagumi atau…? Ya, ternyata memang aku benar-benar menyayanginya. Aku tak ingin melihat dia tersakiti dan senyum manis itu menghilang.

Suatu ketika dia mulai mendekatiku. Mendekatiku dengan cara yang membuatku tertawa karena lucunya. Dia pindah duduk tepat di belakang ku. Ku tak tahu apa alasannya, yang jelas hatiku sangat senang dengan kondisi ini. Semakin hari kami semakin dekat. Sampai akhirnya dia mengatakkan kata indah itu.
“aku sayang kamu.” Ucapnya tanpa ekspresi.
“apa?” aku kaget dengan ekspresi yang luar biasa jeleknya.
Dia tertawa melihat ku dengan ekspresi seperti itu dan kemudian menjelaskan perkataannya.
“iya aku sayang kamu. Dari awal aku mengenalmu aku sudah menyukaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?” ucapnya sambil tersenyum manis kepadaku.
“tapi…”
“tapi apa? apa kamu tidak menyukai aku?” ucapnya lagi dengan wajah yang sedikit murung.
“bukan, bukan karena itu. Aku menyukaimu sangat menyukaimu. Tapi, kita kan baru saja kenal.” Aku menjelaskan.
“iya aku tau. Tapi, aku benar-benar menyukaimu.” Ucapnya meyakinkan aku.
“baiklah kalau begitu aku akan mencoba menjalani hubungan ini.” ucapku
“makasih Ta makasih banget kamu udah terima cinta aku.” Ucapnya sambil loncat-loncat kegirangan.
“iya man iya.” Ucapku sambil tertawa.

Semenjak saat itu hidupku berubah. Hidupku menjadi sempurna, benar-benar sempurna karenanya. Dia sangat menjagaku seakan tak ingin ku terluka sedikit pun. Tapi tak lama kemudian kejadian pedih itu terjadi. Dia memutuskan hubungan kita lewat pesan singkat. Saat itu juga hatiku sangat hancur, hancur berkeping-keping. Ya, berkeping-keping bukan karena putusnya hubungan ini tetapi karena tuduhan kejinya terhadapku. Dia mengira ku berselingkuh, mengkhianati cintanya.

To: sayangku
Maafkan aku harus mengakhiri semuanya. Seharusnya dari dulu aku tahu bahwa kamu tak bisa setia kepadaku.

Semenjak kejadian itu aku mulai mengasingkan diriku dari keramaian. Aku berteman dengan sunyi dan sepi. Tak pernah ku lontarkan satu kata pun kepada teman-temanku. Sampai akhirnya mereka pun tak tahan melihatku seperti ini. Mereka sedih, bahkan sangat sedih tapi mereka tak tahu harus berbuat apa untuk mengembalikan keceriaanku lagi.
“Ta, udah dong jangan begini terus. Kita gak tega liat lo kaya gini terus.” ucap vivi
Dan aku pun masih terdiam tanpa mengucapkan satu kata pun.
“iya, emang lo mau kaya gini terus. Cowok kaya gitu gak usah lah lo pikirin buang-buang energi aja.” ucap nina menasehati aku.
Dan aku masih tetap diam.
“banyak orang yang sayang sama lo Ta. Lo gak mau kan ngecewain mereka dengan sikap lo begini?” ucap vivi lagi.
“iya gua gak mau ngecewain mereka. tapi, gua belum bisa ngebuka lembaran baru sama luka ini.” Ucapku sambil meneteskan air mata.
“maafin kita ya udah ngomong kaya gitu ke lo. Kita cuma pengen lo ceria lagi kaya dulu.” Ucap nina sambil memberikan sapu tangan kesayangannya itu.
“iya gak papa kok Nin, Vi” ucapku lagi.

Dan sejak pembicaraanku dengan temanku aku memutuskan untuk melupakan segalanya. Tentang kehadiran dia di hidupku, tentang cintanya untukku, dan tentang rasa sakit itu. Aku kembali ceria. Tapi, disaat aku sudah mengikhlaskan semuanya dia kembali menyentuh hidupku, hidupku yang baru pulih dari sakitnya. Dia menyakinkanku bahwa dia masih menyayangiku. Dan bodohnya aku, aku masih mempercayainya.

“maafin aku ya waktu itu. Aku bener-bener salah melakukan semua itu.” Sesalnya.
“tak apa aku sudah memaafkanmu.” Ucapku sambil tersenyum.
“benarkah kamu sudah memaafkan aku?” ucapnya tak percaya.
“benar aku sudah memaafkanmu.” Tegasku.
“makasih ya Ta.” Ucapnya sambil tersenyum.
“iya.” Ucapku singkat
“maukah kamu kembali kepadaku?” tanyanya kepadaku.
“maaf aku tidak bisa menjawabnya sekarang.” Jawabku.
“baiklah aku akan menunggu jawabanmu.” ucapnya lagi.

Aku pun hanya tersenyum dan tak berkata apa-apa lagi. Mungkin Allah merasa kasihan kepadaku makanya aku dicegah untuk berkata "YA" kepada cowok itu saat memintaku kembali. Rachman hanya memberiku harapan lalu dia pergi dan dia selalu melakukan itu. Dia menjadikanku layang-layang yang dapat dia tarik ulur talinya. Dia menyakitiku lagi, lagi dan lagi. Sampai hati ini kebal akan perlakuannya terhadapku. Rasa itu mungkin masih bersemi, dan bermekaran pada waktunya tapi bukan untuknya melainkan untuk seseorang yang telah menyembuhkan luka dan menghilangkan rasa sakitku. Dia adalah orang yang selalu memberikan bahunya ketika ku menangis, menjadi tempatku menyurahkan rasa. Dia adalah Radit, kekasihku. Kekasih yang sangat ku sayangi dan menyayangi aku. Dan akhirnya aku mendapatkan pelita di dalam hidupku yang mulai redup.
                                            
Cerpen Karangan: Mipta