“Hei!!” Ucap kakakku yang sukses membuatku kaget.
“Ihh kakak! Bikin kaget saja” ucapku sok ngambek
“Lagi mikirin apa adeknya kakak?”
“Hmm. Kak, kenapa ya kak Fauzan sampai sekarang masih hidup?” Tanyaku
“Emang kemarin dia dikabarkan mati?” Tanya kakakku
“Nggak”
“Lalu?” Tanyanya heran
“Sebulan yang lalu, kak Fauzan bilang gak bisa hidup tanpa aku. Sekarang tanpa aku kok dia masih bisa hidup?” Kataku polos
“Haha. Cowok emang gitu dek. Makanya jangan terlalu mudah percaya omongan cowok” Ujar kakakku
“Gitu?”
“Iya sayang. Saran kakak, kamu gak usah pacaran dulu. Fokus saja sama kuliah kamu.” Kata kakakku
“Tapi kak..” kataku murung
“Dek, sekalipun seseorang itu tidak pernah pacaran, dia pasti bakal nemuin jodohnya. Ingat dek, tulang rusuk dan pemiliknya tak akan pernah tertukar” ucap kakakku sembari tersenyum.
“Ya sudah kak. Aku janji, gak bakal pacaran lagi” Ucapku bersemangat.
“Gitu donk. Itu baru adek kakak”
Namaku Felicia, sering di panggil Feli. Aku gadis berumur 20 tahun, kuliah semester 2. Aku mempunyai seorang kakak angkat, namanya Bian Rahardian Putra.
Aku tinggal bersama kak Bian dan orangtuanya. Orangtuaku dulu membuangku, dan orangtua kak Bian menemukanku. Mereka mengasuhku hingga kini. Mereka menganggapku anak kandungnya sendiri, begitu pun aku. Umurku dan kak Bian selisih 6 tahun.
Hari ini, seperti biasa, aku berangkat ke kampus bersama kak Bian. Kak Bian sudah bekerja sebagai wakil CEO di perusahaan ayahnya. Kak Bian selalu mengantarku setiap pagi.
“Belajar yang bener yah dek, jangan pacaran!” Kata kakakku sebelum meninggalkanku.
Aku menghabiskan waktuku hari ini di kampus dengan melamun di perpustakaan kampus. Masih teringat saat-saat bersama Kak Fauzan, kakak angkatanku. Ia memutuskan aku dengan alasan bosan dengan hubungan kami. Aku mencoba menerima keputusannya.
Sekarang, aku melihat kak Fauzan jalan dengan kak Rachel, teman seangkatannya. Mereka terlihat sangat mesra, sempat terasa teriris hati ini melihat mereka, tapi aku meyakinkan hati bahwa aku pasti kuat. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
‘Ddrrttt’ hp ku tiba-tiba berbunyi memecahkan lamunanku. Ternyata panggilan dari kak Bian.
“Halo kak”
“Kamu sekarang di mana?” Tanyanya
“Aku sudah berada di rumah” kataku, lalu ia memutuskan telepon begitu saja
Sekitar 40 menit kemudian, sudah terdengar bunyi mobil kak Bian di depan rumah.
“Kenapa kamu pulang tanpa memberitahu kakak? Kakak kan bisa menjemputmu” omel kakakku.
Begitulah kak Bian, ia memperlakukanku selayaknya anak TK, harus diantar jemput olehnya.
“Lagian aku udah dewasa kakakku sayang. Aku sudah bisa pulang sendiri, lagian aku juga takut mengganggu kakak.” Balasku
“Tapi kakak gak mau terjadi apa-apa sama kamu! Kakak sayang sama kamu. Kakak cinta sama kamu. Kakak gak mau kamu disakiti sama orang lain” ucap kakakku lalu memelukku.
Serasa ada yang beda dengan pelukan kakak. Bukan pelukan saudara, tapi pelukan lain. Jantungku berdegup kencang berada di pelukan kakak. Tidak seperti biasanya seperti ini.
“Terima kasih kak. Aku juga sayang kakak” ucapku di pelukan kakakku.
“Kakak mencintaimu lebih dari cinta seorang kakak pada adiknya.” Ucap kakakku
“Apa maksud kakak?” Tanyaku lalu melepaskan pelukan
“Kakak mencintaimu, lebih dari cinta seoang saudara. Kakak mencintaimu, cinta layaknya sepasang kekasih”
“Kakak, aku adikmu” ucapku
“Kau memang adikku, tapi bukan adik kandung, bukan adik sesusuan, bukan juga adik tiri. Tidak ada yang salah dengan perasaan kakak. Kakak yakin, kamu juga mencintai kakak seperti kakak mencintaimu”
Antara senang dan bingung. Aku senang karena kak Bian juga mempunyai perasaan sepertiku. Jujur, aku sangat mencintai kak Bian.
“Iya kak, aku mencintai kakak seperti kakak mencintaiku” ucapku lalu memeluk kak Bian.
Kak Bian membalas pelukanku. Kamar ini menjadi saksi cinta kami, cinta antara kakak dan adik.
Hari ini kakak mengajakku ke Paris. Katanya ada urusan pekerjaan, tapi entah apa hubungannya denganku sehingga ia mengajakku untuk ikut bersamanya. Tapi aku senang diajak kak Bian untuk ke paris. Kebetulan mama dan papa juga mengizinkan aku untuk ikut bersama kakak.
“Sudah siap dek?” Ucap kakakku di depan pintu kamar.
“Sudah kak. Tunggu sebentar” ucapku
“Kita akan bersenang-senang di Paris selama seminggu. Kita sekalian berlibur di sana” ucap kakakku dengan senyum khasnya.
“Bukannya tugas kakak hanya 2 hari di sana?” Tanyaku
“Iya. Sisanya kita gunakan untuk berlibur” kakak lalu menarik tanganku dan memelukku beriringan menuju ke lantai dasar. Mama dan Papa yang melihat tingkah kami hanya tersenyum.
“Bian, jaga adikmu baik-baik di sana. Mama tidak mau anak perempuan mama yang cantik ini kenapa-kenapa” ucap mamaku
“Sip mama. Pasti aku jagain Feli si manja ini” ucap kakakku sambil mencubit pipi empukku.
“Kalian cocok jadi suami istri” goda papa
“Tenang pa. Aku bakal jadiin Feli menantu kalian” Ucap kakakku
“Ihh kakak.”
“Hehe, sudah sudah. Kalian sebaiknya segera berangkat” Kata mama ku
“Oke Ma. Bian sama Feli pamit yah Ma, Pa”
Aku dan Kak Bian kemudian memasuki pintu mobil dan meninggalkan rumah.
Di pesawat, aku lebih memilih untuk tidur. Saat aku terbangun, tangan kak Bian menggenggam erat tanganku. Aku memperhatikan wajah kak Bian yang tertidur lelap sembari menggenggam tanganku.
Kami langsung menuju hotel tempat kami menginap. Kamar aku dan kak Bian Bersebelahan. Pada hari pertama dan kedua di Paris, kak Bian terlihat sangat sibuk.
Aku menghabiskan waktu dua hari itu untuk jalan-jalan sendiri melihat keindahan kota Paris.
Pada hari ketiga, kak Bian sudah tidak sibuk lagi. Urusan pekerjaannya telah selesai. Kami memilih jalan-jalan berdua. Kami menghabiskan waktu hingga malam hari dengan jalan-jalan sambil keliling kota, aku sangat senang hari ini. Kak bian membelikanku sebuah liontin.
Setelah makan malam, aku langsung tidur. Karena seharian ini sangat lelah berjalan-jalan. Begitupun kak Bian.
Keesokan harinya, kak Bian mengajakku jalan-jalan ke pantai.
Pemandangan di pantai ini sangat indah, karena kebetulan cuaca hari ini sangat cerah. Di pinggir pantai, kak Bian mengungkapkan perasaannya kembali dan berkata “Maukah kau menjadi pendamping kakak? Kakak sangat mencintaimu. Kakak tidak mau berpisah denganmu”
“Aku juga sangat mencintai kakak. Aku akan menjadi pendamping kakak, jika mama dan papa merestui hubungan kita” ucapku sambil tersenyum.
Lalu kak Bian memelukku dan mencium keningku penuh kehangatan. “Feli. I Love you so much. Now and forever, only you”
“I love you too kak”
Satu minggu telah berlalu, kini saatnya kami untuk kembali ke Indonesia. Kami mengabadikan banyak moment di Paris. Kami mengabadikannya dalam lembaran foto, yang kami simpan di album kami.
Dua hari setelah sampai di Indonesia, sebuah berita dari mama dan papa yang sukses membuatku hatiku berkecamuk, sakit serasa ditusuk ribuan duri, begitupun dengan kak Bian. Kami tak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Kak Bian akan dijodohkan dengan anak teman papa, Kak Anggun.
“Tidak Ma. Aku tidak ingin menikah. Lagian usiaku belum matang ma, pa buat menikah” Bentak Kak Bian. Aku hanya bisa mendengar pembicaraan mereka dibalik pintu kamar, sembari berusaha menahan tangis.
“Pokoknya kamu harus menikah Bian! Demi menjaga perusahaan. Kau mau? Perusahaan yang dibangun kakek buyutmu hancur gara-gara sifat egoismu?” Kata-kata papa sukses membuat kak Bian terdiam. Ia tak punya pilihan lain selain menerima perjodohan itu.
Tangisku pecah, tapi aku mencoba untuk menahan mulutku agar tangisku tak terdengar oleh siapapun
Keesokan harinya, aku berusaha untuk menutupi kesedihanku dari mama dan papa, tapi aku tak bisa menutupi kesedihanku dari kak Bian, sebab perasaan yang sama kami rasakan. Aku berusaha bersikap biasa-biasa saja di depan mama dan papa.
“Ehh Feli. Sebentar lagi Kakakmu itu akan mempunyai seorang istri, dan sebentar lagi kakakmu itu akan berhenti bersifat manja dan akan bersifat lebih dewasa lagi” ucap mama
“Haha. Selamat kak Bian. Ciee yang bentar lagi akan menikah” ucapku berusaha ikut berbahagia
“Ma, pa. Bian pamit dulu. Ayo Fel”
Kak Bian menarik tanganku menuju pintu mobil. Mama dan Papa heran melihat tingkah kak Bian yang aneh.
“Kakak mencintaimu Feli. Hanya mencintaimu. Maafkan kakak Feli. Kakak terpaksa menerima perjodohan ini, demi menyelamatkan nama perusahaan.” Ucap kakakku lalu memelukku
“Aku mengerti kak. Kita tidak boleh egois. Ingat kata-kata kakak, bahwa tulang rusuk dan pemiliknya tak akan pernah tertukar” ucapku. Isak tangisku pecah dipelukan kakakku.
Hari ini pertunangan akan diadakan. Semua orang sibuk mempersiapkan pertunangan kak Bian dan kak Anggun, termasuk diriku. Aku terus berusaha bersikap tegar dan biasa-biasa saja di depan semua orang. Aku tak ingin karena perasaan kami, perusahaan akan hancur.
Pada malam pertukaran cincin, aku tak sanggup menyembunyikan kesedihanku. Aku berlari menuju kekamar, dan menangis sejadi-jadinya. Beberapa menit kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku
“Buka Feli pintunya. Ini kakak” ucap kakaku di balik pintu. Aku berlari dan membukakan pintu untuk kak Bian.
“Kenapa kakak meninggalkan kak Anggun dan tamu-tamu lain?”
“Mereka semua tidak penting. Lagian kakak tidak pernah mengharapkan pertunangan ini” Kak Bian lalu memelukku.
“Maafin kakak, Fel.” Ucap kakakku
“Mungkin ini sudah takdir kita, kak” aku kembali menangis dipelukan kakak.
“Sekarang kakak kembali ke pesta. Semua orang pasti mencari kakak, kalau mama dan papa mencari aku, bilang saja aku kecapean dan ingin beristirahat saja” ucapku lalu melepas pelukan.
“Tapi Fel..” “Sudah, kakak tinggalkan saja aku di sini. Aku baik-baik saja” aku mencoba untuk tersenyum di depan kak bian.
Malam ini terasa sangat panjang. Aku melihat tamu-tamu mulai pergi, rumah mulai sepi.
Malam ini aku tak dapat memejamkan mataku. Aku menghabiskan malam dengan merenung di dekat jendela kamarku
Pagi ini, aku melihat seorang ibu-ibu dengan pakaian sederhananya berdiri di depan pagar.
“Ibu cari siapa yah?” Tanyaku ke ibu itu
“Apa benar kamu Felicia?” “Iya, saya felicia, ada apa?” Tanyaku bingung
“Masha Allah, kamu sudah besar nak. Kamu sangat cantik. Aku ibumu nak” ucap ibu itu meneteskan air matanya lalu memelukku
“Lepasin! Nggak mungkin kamu ibuku. Ibu ku sudah tiada! Dia membuangku sejak bayi!”
“Aku ibumu nak. Maafkan ibu nak!” Ucap ibu itu
“Nggak! Nggak mungkin!” Teriakku
Seisi rumah keluar melihat aku yang membuat keributan pagi-pagi.
“Siapa dia Fel?” Tanya mamaku.
“Saya ibunya Feli bu.”
“Bohong! Dia bukan ibu aku. Ibu aku sudah tiada!”
“Astagfirullah nak! Ini ibumu, ibumu masih hidup”
Aku berlari memasuki kamarku, lalu meninggalkan orang-orang diluar.
Hari ini aku memutuskan untuk menyusul kak bian ke kantor. Aku melihat kak anggun bersama orangtuanya di ruang tunggu. Aku menguping pembicaraan mereka.
“Sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milik kita. Kita akan mengusir keluarga Rahardian dari perusahaan ini” Ucap tante marsha, mamanya kak Anggun
“Haha, kita akan menguasai seluruh harta Rahardian” Ucap anggun disertai tawa liciknya.
Aku meninggalkan mereka dan menemui kak Bian. Aku belum mengatakan pada kak Bian apa yang ku dengar tadi, aku berniat mengatakannya nanti saja.
Hari ini, keluarga Rahardian menemui keluarga kak Anggun, untuk menentukan tanggal pernikahan mereka. Sakit. itu yang kurasakan sekarang. Orang yang sangat kucintai, akan bersanding dengan wanita lain, yang tak lain adalah wanita yang hanya ingin memanfaatkan kak bian dan keluarganya demi merebut harta Keluarga Rahardian.
Tepat sebulan dari sekarang, pernikahan akan diadakan, begitu sakit yang kurasakan. Kak Bian mencoba untuk merangkulku, namun aku melepaskannya karena tak enak berada di depan keluarga calon menantunya.
Belakangan ini, kak Anggun sering datang menemui kak Bian. Kak Anggun selalu lengket dengan kak bian, meski di wajah kak bian terlihat ekspresi tidak suka dengan kelakuan kak anggun. Aku agak sedikit risih dengan sikap kak Anggun.
Hari ini, aku berangkat ke kampus sendirian, karena hari ini kak Bian ada rapat penting.
Aku duduk di halte bus, tiba-tiba sebuah mobil berwarna merah berhenti di depanku, ternyata kak anggun.
“Feli. Aku tau, kamu tidak suka dengan kelakuanku saat bersama Bian. Kau cemburu kan saat melihat aku dan Bian Selalu bersama.” Ucap Anggun.
“Iya. Aku memang tak suka kak Bian bersama dengan wanita sepertimu! Wanita dengan skandal keji! Aku tahu, kau dan orangtuamu hanya ingin memanfaatkan kak Bian dengan melakukan pernikahan ini. Kau dan orangtuamu ingin merebut harta Keluarga Rahardian!”
“Apa maksudmu?!” Tanyanya
“Aku tahu semuanya. Aku mendengar pembicaraan kalian. Asal kau tahu! Kak Bian tak pernah menyukaimu!” Ucapku lalu meninggalkan wanita itu.
Malam ini Kak Anggun datang lagi ke rumah. Ia menatap ku tajam. Seakan-akan muak melihat wajahnya, aku mengatakan semuanya pada keluarga Rahardian.
“Hah, wanita licik itu datang lagi” ucapku tersenyum miris.
“Apa maksudmu Fel?” Tanya mama padaku
“Asal kalian tahu! Anggun dan orangtuanya hanya ingin memanfaatkan kalian dengan pernikahan ini. Wanita busuk dengan skandal keji” ‘Plakk’ Sebuah tamparan mendarat dipipiku.
“Jaga ucapanmu Fel! Mama tidak suka kau bersikap seperti ini!” Ucap mama marah padaku
“Tapi ma. Aku mengatakan yang sebenarnya..”
“Tutup mulut kamu!”
Aku berlari meninggalkan mereka semua. Senyum licik terpancar diwajah kak Anggun.
Aku sangat malu pada keluarga ini. Aku memutuskan untuk pergi dan meninggalkan sebuah surat untuk kak Bian.
Aku pergi membawa semua pakaianku. Aku memutuskan untuk mencari ibu yang datang pagi itu dan menanyakan yang sebenarnya terjadi.
Ya benar. Wanita itu ibu kandungku. Ia sebenarnya tidak membuangku, hari itu ia meletakkanku pada sebuah bangunan tua. Ia mencari uang untuk menafkahiku, karena ayah kandungku hilang entah ke mana.
Saat ia sampai di bangunan itu, ia tak menemukanku, hingga hari itu ia terus mencariku dan menemukan keberadaanku. Aku meminta maaf pada ibu karena hari itu telah berbicara kasar padanya.
Aku kini tinggal bersama ibu di sebuah kontrakan di desa terpencil. Aku memblokir semua kontak kak Bian dari akun sosial mediaku. Aku tak ingin ia menghubungiku lagi.
Tepat tanggal 23 oktober 2016, hari pernikahan ku dengan kak Bian. Kami mengucapkan janji sehidup semati di depan penghulu dan para tamu. Kak Bian menciumku di depan para tamu undangan.
Para tamu undangan tak henti-hentinya mengucapkan selamat pada kami. Kulihat juga kak Anggun di sudut ruangan. Aku dan kak bian berjalan menghampiri kak Anggun. Kulihat air mata mengalir dari mata kak Anggun.
“Kak Anggun, aku minta maaf pada kakak.” Ucapku pada kak Anggun.
“Ini bukan salahmu Fel. Ini salahku dan salah orangtuaku, sudah sepatutnya Tuhan menghukum kami” Kak anggun lalu memelukku dan menangis di pelukanku.
“Selamat yah Fel, Bian. Kuharap kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah”
“Makasih anggun.” Ucap kak Bian, lalu kami bertiga tersenyum dan bahagia di kehidupan masing-masing.
“Anggun, Feli, Bian. Ayo kita berfoto bersama” Ajak mamaku.
Kami pun berfoto bersama. Kami sudah menganggap kak Anggun bagian dari keluarga kami, meskipun ia dan orangtuanya sempat berniat berbuat jahat pada keluarga kami.
Flashback
Setelah kepergianku dari rumah, kak Bian terus mencariku. Ia mengirim mata-mata untuk mencariku ke semua desa terpencil. Salah seorang mata-mata kak Bian menemukanku, dan memberitahu kak bian keberadaanku.
Kak Bian, mama, dan papa datang menemuiku dan ibu. Mereka meminta maaf padaku dan Ibu. Ia meminta agar kami kembali ke rumah. awalnya aku dan ibu tidak setuju, tapi setelah dibujuk oleh kak Bian, aku dan ibu pun terpaksa ikut mereka ke kota dan tinggal bersama lagi.
Keluarga kak Bian melamarku. Aku bingung dengan semuanya. Bukankah sekarang kak Bian seharusnya sudah resmi menjadi suami kak Anggun? Lantas di mana kak Anggun sekarang? Tanyaku dalam hati.
Papa menceritakan semuanya padaku. Beberapa hari yang lalu, keluarga kak Anggun terjebak skandalnya sendiri. Perusahaan orangtua kak Anggun bangkrut, papa dan mamanya entah pergi ke mana meninggalkan kak Anggun sendiri.
Tanpa rasa dendam sedikitpun, papa dan mama mengajak kak Anggun untuk tinggal bersama mereka. Awalnya kak Anggun menolak karena rasa bersalah dan malu pada keluarga kami, tapi papa dan mama terus memaksa kak Anggun.
Hingga ayah berpikir ingin membelikan saja sebuah rumah untuk anggun jika memang ia tak ingin tinggal bersama mereka. Kak Anggun pun tinggal di rumah yang dibelikan papa untuknya. Kak anggun kini insyaf, ia kembali ke jalan yang benar.
Kak Bian juga menceritakan perasaan kami, ia meminta restu pada mama dan papa untuk melamarku setelah menemukanku. Aku menerima lamaran kak Bian dan orangtuanya. Beberapa hari lagi pernikahan kami akan dilaksanakan. Aku meminta sebuah pesta yang sederhana saja untuk pernikahan kami.
Tepat tanggal 23 oktober 2016, hari pernikaha ku dengan kak Bian. Kami mengucapkan janji sehidup semati di depan penghulu dan para tamu. Kak Bian menciumku di depan para tamu undangan. Kami kini sah menjadi sepasang suami istri. Ibuku menangis bahagia melihat putri semata wayangnya bahagia bersama lelaki yang sangat mencintainya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Aisyah Maya Putry