Tangisan Sang Bangau (Part 1)

Pukul 14:00. Tak terasa aku sudah hampir dua jam duduk berdiam di sini. Di tepi sungai yang tak pernah bosan mendengar keluh kesah ku, mendengar kebahagiaanku. Suara bangau-bangau itu membuatku tersadar kembali, bahwa aku harus segera beranjak, aku harus segera pulang. Aku baru ingat pukul 16:00 nanti aku harus mengantar ibu chek up. Sudah dari tiga tahun yang lalu ibu sakit setelah ayah menghianatinya. Tak ada lagi yang bisa diandalkan ibu, kecuali aku. Kakakku sibuk dengan pekerjaannya.


Ku tarik ponselku dari saku celanaku. Dengan sedikit terburu-buru, ku telpon mas Zakky, kekasihku. Kuminta dia untuk menjemputku dan mengantarkan ku dengan ibu ke rumah sakit. Tak berselang lama, Zakky sudah datang dengan Jazzy merahnya. Kami menuntun ibu masuk ke mobil. Ibu tak pernah bosan dengan perjalanan ini, walaupun rumah sakit cukup jauh, namun mas Zakky selalu menghibur ibu sehingga ibu pun selalu menikmatinya. Ibu sudah merestui hubunganku dengan mas Zakky, begitupun dengan mas Zakky, ia termasuk orang yang mudah bergaul dan beradaptasi.

Kami pun sampai, dan langsung menuju ruang dokter yang biasa memeriksa ibu. Hatiku tak tenang, aku gelisah hingga keringat dingin pun mengucur, namun mas Zakky menggenggam tanganku. Itu membuatku merasa nyaman. Dalam lamunanku, samar-samar aku mendengar suaranya “Tenang sayang, semuanya akan baik-baik saja”. Langsung ku tepis jauh-jauh fikiran negatifku tentang ibu. Berbarengan dengan itu ibu dan dokter pun keluar. Tak ada yang menghawatirkanku, ibu keluar dengan senyuman mengembang. Dan aku pikir dia baik-baik saja. Kami pun pulang.

Kulihat ibu sudah tertidur di kamarnya dengan pulas. Sudah malam memang, tapi aku tak bisa tidur. Ku hubungi mas Zakky, ternyata dia juga belum tidur. Cukup lama kami mengobrol. Dia meminta izin padaku bahwa besok dia akan ke rumah Oka (sahabatku) untuk mengambil file-file tugasnya. Dia juga memintaku untuk ikut serta, tapi aku sedang tak ingin kemana-mana. Dia pun menutup telponnya dengan perlahan sambil berbisik

“Love you honey, My princess now, Tomorrow and forever”, karena sudah cukup mengantuk ku hanya menjawabnya dengan “Yes, me too” dan langsung ku matikan.

Bersambung...
                                                             
Cerpen Karangan: Safuroh Ahmad